Dua Musim Gugur
Inilah dua sahabat yang selalu kutunggu untuk bertemu. Yang pertama, adalah seruling diantara bambu-bambu, gemeretak di atas ranting berjatuhan, gelisah kicau burung yang menyambut angin dan gelombang riak sebab daun kemuning tertahan di atas genangan air hujan. Dia adalah musim gugur di negeri empat musim. Kuning kemerahan adalah warna favoritnya.
Sahabatku yang kedua, adalah musim gugur di negeri syuhada, negeri persinggahan para Nabi, negeri kita tercinta Palestina. Debu adalah selimut, membalut tubuh-tubuh mereka yang gugur karena cinta. Batu adalah peluru, yang terlontar karena harga diri muslim yang terinjak. Dan gerak adalah satu-satunya mukjizat untuk melawan baja-baja setan. Hanya merah yang menjadi warna favorit mereka untuk menggambar sketsa jejak bagi generasi penerus.
Dua sahabatku itu, jauh di seberang negeri sana …