Aku Sang Syuhada
13 Mar 2002
apa lagi wahai negeri Islam
yang harus kukorbankan utk kemerdekaan
jasadku ? jasadku telah meleburi tanahmu
apakah darahku ? bukankah ia telah menyiramimu
atau nyawaku ? nyawaku telah menguap di keharumanmu
jangan kau tanya air mataku !
berjuta kali ia telah merobek wajahku
kau begitu kucintai lillah
hingga mungkin bumimu adalah yg termerah
dan negeri mana yg mengalahkan kesuburanmu
sedangkan tiap masa
aku gugur menjadi rabuknya
tak ada yg kusesali
selamanya memang cintaku menjadi hakmu
hanya saja …
adakah lagi yg akan menjadi aku ?
akuilah kau gelisah
kau bisa melihat
musuh sepertinya menang
Puisi di atas kutulis dua tahun setelah intifadah II. Saat itu terlihat sekali betapa hancurnya Palestina. Semuanya rata menjadi tanah. Hanya tersisa bocah-bocah yang minumnya dari genangan air, ibu-ibu yang harus bergerilya mencari roti, pemuda-pemuda yang harinya melempar baja dengan batu, kemudian sorenya menemui diri mereka telah mati. Saat itu sepertinya semua sia-sia, ketika itu sepertinya semua pejuang telah menjadi syuhada. Tidak tersisa.
Tetapi kini, perjuangan itu bergolak kembali. Misi-misi kembali disusun, operasi-operasi kembali diamalkan, dari Rafah hingga Gaza, dari Tepi Barat hingga Lebanon. Roket dan batu di sana tak beda, keduanya dilontarkan dengan ruh pembebasan. Hidup dan mati di sana tak beda, keduanya dijalani dengan tekad lillah.