Seperti Izzudin Yang Bertanya
Entah sudah berapa ribu kali intifadah ini dilakukan. Berapa harta yang telah dikorbankan. Berapa langkah yang harus diayunkan. Saat terik dan hujan, saat berat maupun ringan. Hanya, Intifadah ini untuk siapa ?
Di sini memang bukan di Palestina. Di sana mereka bisa melontar batu lebih tinggi. Di sini … sempat kita lontar telur busuk, tomat atau sekedar tissue. Makanya mbak Helvy membuat kumpulan cerpen Palestina berjudul ‘Hingga Batu Bicara’, tentunya tidak bisa ‘Hingga Tomat Bicara’. Pertanyaannya bukan mana yang lebih hebat di sisi Allah. Tapi semua ini untuk siapa ?
Seperti kisah Izzudin di perbatasan (oleh Jehad Rajbi). Ia selalu bertanya ‘Peluru ini untuk siapa ?’. Di sini kita harusnya memastikan. Aksi ini untuk siapa ? Nasyid ini untuk siapa ? Lelah ini untuk siapa ? Foto-foto ini untuk siapa ? Kepalan tangan ini untuk siapa ? Lecet di kaki ini untuk siapa ? Infaq ini untuk siapa ?
terik mentari yang membakar hati
aspal hitam yang mendidihkan kaki
hari-hari memang akan selalu membara
hingga merdeka Palestinadan meski intifadah kita berbeda
perasaan kita haruslah sama
perasaan yang selalu bertanya
seperti Izzudin dan pelurunya
intifadah ini untuk siapa ?