Repost: Lubang di Gaza
Hari yang panas, jalan menghela nafasnya melihat serakan perang beberapa tahun lalu. Gedung-gedung menahan dirinya agar tak rubuh menimpa para bocah yang bermain dibawahnya. Pohon-pohon mengayun di antara angin penuh peluh. Gaza, kota yang tak kenal lelah. Ia berusaha untuk terus bernafas ketika hidung dan mulutnya ditutup paksa. Semangatnya semangat kesungguhan yang diturunkan dari para pendirinya, para pejuang-pejuangnya.
Lubang, bukan karena suatu tujuan dia dibuat, kecuali dia dipaksa menganga, setelah memecahkan remahannya menembus tubuh-tubuh lemah. Di tembok, di atap, di jalan, di sekolah, lubang-lubang pun merasa lelah terus meresahkan penduduknya. Ketika malam ia mengalirkan angin dingin ke tubuh-tubuh yang mencari tempat berteduh. Ketika siang ia menghembuskan debu yang menyesakkan.
Begitu banyak lubang di dalam diri Gaza, tetapi ia tak bisa melihat ke dunia luar. Matanya yang luka ditutup perban, ia pun buta. Perban yang menyiksa, menutup hidung, mulut juga telinganya. Gaza adalah kata lain dari luka, Gaza berarti lapar, Gaza mengartikan marah, melihat Gaza melihat air mata, Gaza itu …
negeriku-negeriku
jika kau haus
akan kuberi minum kau
dengan darahku
~ unknown
Ia harus menggali lubang-lubang yang lain untuk tetap bisa bernafas.