TPA Keputih

Ini adalah perjalanan yang tak pernah direncana. Tapi, sampai saat ini masih membekas di benak. Syuro para ikhwah waktu itu, di masjid tercinta Manarul Ilmi, di kampus perjuangan ITS, berlangsung cukup lancar. Ada sedikit yang mengganjal ketika syuro berakhir.

Kue-kue yang ada di piring masih tersisa banyak. Kue-kue yang kubeli pagi-pagi sekali. Akhirnya akhi Nur Cahyo mengusulkan untuk memberikan ke orang-orang di daerah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Keputih. Kue yang cuma 1 tas kresek itu kami bawa. Dengan menaiki motor lamaku, kami berdua berangkat.

Matahari Surabaya yang menyengat disertai bau busuk sampah yang meninggi hingga 2 meter. Itulah suasana TPA Keputih, lalat begitu banyak memenuhi setiap persegi udara di kawasan itu. Kami pun sampai di sebuah lembah gunung sampah. Benar-benar menyedihkan … orang-orang dengan pakaian kumuh, mengais rezeki dengan mengais-ngais sampah. Allahu Akbar …

Sederhana saja, kue-kue itu kami berikan pada seorang pemulung.

Dan seperti biasa, kami pergi dengan terdiam. Entah apa yang ada dibenak saudaraku itu.
kehidupan sahabat

You may also like...

Leave a Reply