Menjemput Sayap Kiri
Hidup adalah terbang. Menyusup di udara langit. Jika menuju keatas yang tak berbatas, akan membutuhkan tenaga yang lebih kuat. Tetapi sepertinya lebih mudah meluncur kebawah yang menghampar tanah, tak perlu kepakkan sayap.
Seperti juga tujuan hidup sebagai muslim, hanya dua, akhirat atau dunia. Jika kita pilih dunia, maka itu sangatlah mudah. Kita tidak membutuhkan tenaga yang lebih besar, daripada jika kita menjadikan akhirat sebagai tujuan.
Menguatkan azzam menuju langit yang kekal, aku ngin menjemput sayap kiriku. Agar lebih kuat tenagaku, imbang gaya terbangku, mengepakkan sayap menuju Robbul Izzati.
analogi yang bagus untuk arti sebuah hidup.
acungan jempol dari saya \(^_^)/
meskipun tidak selamanya dikiri itu lemah, akan tetapi memang hidup itu butuh keseimbangan.
“riak gelombang mengantar jiwaku mengarungi indahnya ombak dilautan jiwa, menatapi buihnya yang memecah laksana bunga merekah dalam kilaunya derai embun pagi, kuterbuai saat khayal membawa jiwaku untuk berjumpa dengan tatapnya, dalam hangatnya rintik hujan disenja ini, sunyi … sepi … saat resah membelenggu jiwa dan asaku, terkekang hati ketika temaram dipetang ini punah dalam tatapku”
–> sepenggal sajak buat antum, mudah-mudahan berkesan
salam hangat dari saya (Roni), Selamat Berjuang