36 Jam Perjalanan Untuk Cinta

[Jumat, 3 Des 2004]

Sore yang padat. Ah Jakarta, wajahmu yang baru kukenal ini begitu gemerlap, tapi mengapa kau masih terlihat muram ?. Malam itu ane menginap di rumah teman, esoknya kami harus ke Bandung mengunjungi pernikahan sahabat yang berlum pernah kami temui.

[Sabtu, 4 Des 2004]

Pagi yang berdebu, mobil-mobil sudah meninggalkan asapnya pada sisa-sisa nafas Jakarta. Bis dengan bedak karat mengantar kami ke terminal Kampung Rambutan. Pukul 8.00, bis dengan wajah yang lebih baik mengantar kami menuju Bandung melalui Jonggol.

Sepanjang perjalanan, kami dihadirkan ranumnya pemandangan alam. Indah, sangat indah. Tapi hari semakin siang, kami belum sampai juga, dan macet menghadang kami di daerah Padalarang. Rencana tiba pukul 11.00 jadi kacau, ane sempat pesimis dapat bertemu saudaraku itu.

Setelah melewati padatnya jalan menuju Bandung kami tiba tepat pukul 14.00, acara akan usai. Baju batik yang kubawa tidak sempat terpakai. Maka kami pun terlihat beda, kalau yang lain memakai pakaian resmi untuk ke resepsi, kami hanya dengan pakaian lusuh bekas perjalanan, jaket hitam, celana berdebu dan seonggok tas berat di pundak. Tak sampai satu menit kami berbincang dan berfoto, karena masih ada antrian foto teman2 yang lain.

Malam itu kami menginap dirumah saudara seorang dari kami, setelah menikmati suasana Masjid Salman ITB.

[Minggu, 5 Des 2004]

Lembang, ane datang lagi saat pagimu masih beku. Pada harapan setahun cahaya lebih dekat, tetap kugantungkan hatiku di pelataran Boscha-mu. Ane menuju sisi gunungmu yang tegar, Tangkuban Perahu.

Selesai tafakur di alam Tangkuban, kami harus pulang dengan beban beribu kilogram lelah, perjalanan masih meninggalkan 127-an km kembali menuju Jakarta.

Tiga puluh enam jam perjalanan dan satu menit pertemuan ini hanya untuk cintaku pada Rabb Izzati.

You may also like...

Leave a Reply