Meniti Mimpi

Kau terdengar kicauan beburung
Yang menyanyi di dada pelangi
Kau menggapai awan di langit memutih
Dirimu lebur di mamah mentari

Sahabat, kita semua mempunyai mimpi tentunya. Waktu kecil mimpiku adalah menjadi seorang astronot. Keren bukan. Karena itu ane suka sekali sama yang namanya langit, bintang, bulan, matahari. Maka tak heran saat SMP ane suka naik ke genteng memandang bintang di malam hari, menggambarnya, membuat teleskop amatir, hingga ane dapat melihat kasarnya wajah bulan secara langsung. Ah .. saat itu menyenangkan sekali. Dan pernah sekali suatu waktu di pukul 03.00 pagi hari aku dan ibu berdua menikmati gerhana bulan. Merah, semerah cintaku pada beliau.

Kau impikan harapan menggunung
Di lorong hanyir kehidupanmu
Kau hirup sari madu bunga beracun
Mewarnai dunia misteri mimpimu

Setelah itu mimpiku tidak setinggi dulu, tidak setinggi menggapai langit. Mungkin sedikit lebih sederhana. Setidaknya kalaupun tidak bisa berkeliling langit ane ingin berkelana di bumi ini. Melihat daerah-daerah baru, melihat wajah-wajah baru terutama wajah alam dan wajah Palestina. Mimpi yang nisbi bukan. Tidak begitu sederhana. Terlalu muluk meski ada tafakur kepada Allah disana.

Dan sekarang kuingat sebuah mimpiku yang terselip diantara hebohnya kehidupan duniaku. Mimpi yang sangat sederhana. Ha ha lucu ya, orang seperti ane ini punya mimpi yang mulia seperti itu. Mimpi yang tidak semua orang bisa meraihnya. Meski banyak orang mengatakan mati itu tidak sederhana, karena sakitnya, karena bukan kita yang berKehendak. Tetapi mati itu pasti kan ? Dan keinginan mati dengan balasan surga apakah terlalu muluk ? Bolehkah aku memimpikan ? Mati di jalan Allah.

Sinar hidupmu tiada nyalaan api
Berlabuhlah di muara ini
Pasrahkanlah hidupmu ke lorong Illahi
Disana menanti surga yang abadi
Disana menanti surga yang hakiki
[Meniti Mimpi, by Hijazz]

Baiklah mimpiku itu akan tetap kupendam dalam hati. Boleh dong.

Antum ? Mimpi antum apa ?

You may also like...

Leave a Reply