\ Foto-Foto itu Ada di Memory Kepalaku | Bhakti Utama Journal

Foto-Foto itu Ada di Memory Kepalaku

Ayo berlari, berlari terus duhai diri. Kutenteng kamera digitalku, lelah, tidak-tidak terus … drag drag drag … suara lantai jembatan penyeberangan busway menahan injakan kakiku yang terus berlari .. heh hh hhh, nafasku sudah sangat tidak layak pakai. Cari posisi cepat, dimana ? disana !, maka jongkoklah aku … ckriik, ckriik, kubuat komposisi ribuan PKS yang sedang jalan sehat dibawah rimbunnya pohon dan tingginya gedung. ckriik. ckriik… Ah … kurasa cukup. Sudah berjam-jam sejak sabtu pagi hingga hari minggu ini aku berada di area Munas 1 PKS, untuk berburu foto.

===

Beberapa belas jam sebelumnya, puluhan obyek sudah kufoto. Saat di munas pagi sampai siang, ada foto stand DPP dengan komposisi gedung-gedung pencakar langit biru dan awan putih, kemudian foto puluhan tenda-tenda makanan yang menggoda selera dan foto dalam bazar yang gelap dimana aku lupa memakai iso tinggi 😀

Sorenya, insting fotografiku beradu dengan akh Heri Wahyu, ditemani akh Suhariyono yang malu-malu motretnya, hehe. Belum juga naik angkut, obyek-obyek tak berdosa sudah jadi sasaran. Landscape kota dari jembatan jalan Gatot Subroto menjelang sore memang sangat menggoda. Trial and error. Di angkutan kota pak sopir sedang menguap pun jadi sasaran. Kita menuju Blok M sebelum ke munas menemani akh Yono beli celana baru. Sampai di jembatan antara mall Blok M dan Plasa Blok M, kita agak ragu mau moto beberapa orang pengamen, akhirnya nekat mengambil komposisi dengan latar makanan franchise, sederhana dan tidak serumit hidup mereka. Barisan pedagang teh botol pun sangat manis, meski mungkin tak semanis hidup meraka.

Di plasa blok M, sambil menunggu akh Yono memilih, kita ambil shot dunia gemerlap malam tanpa tripod, tapi di pagar. Ckriik ckriik. Kurang tajam, but ok lah. Magrib pun terhambat di mall yang membuat hati kering ini, karena musholanya yang tanpa deskripsi sehingga susah mencarinya. Ketika dapat, keciiil banget, antriii lagi. Alhamdulillah bisa sholat.

Kita pun ke area munas naik busway. Baru saja turun, tripod sudah harus dikeluarkan. Bergantian memakai tripod, berbagai model komposisi dan eksposure malam membentuk tenda munas 1 dari depan. Ke area tenda makanan, lapar gitu loh. Nasi goreng enak tapi dikit, Alhamdulillah, menjadi pengganjal perut kami. Isya, sholat di lantai 2 istora senayan. Setelah sholat, landscape gedung tinggi yang menghiasi area munas menjadi sasaran kami. Berbagai tingkat eksposure dan iso di coba. Sambil jongkok, karena tripod hanya dipasang pendek. Capek, lelah, tapi masih terus semangat. Beberapa kali jadi model akh Heri W untuk foto siluet, ane memegang FZ20. Tambah capek, ini akh kalo menset lama banget.

Kami turun kebawah, masih sangat ramai, karena banyak yang akan ikut mabit malam itu. Malam minggu yang bergairah bagi PKS. Kita ke bazar, beli apa-apa yang tidak bisa dibeli di kota asal. Setelah itu harus segera ke mabit, udah mau dimulai. Ketika melewati golf dan melewati landscape gadung2 sudirman, ane dan akh heri berpandangan. Ckriik ckriiik … langsung saja pagar menjadi monopod dan berbagai eksposure dicoba.

Foto terakhir malam itu adalah di mabit. Foto yang asyik, masjid dengan dikelilingin kader PKS, diselingi di sudut tempat beberapa orang berjamaah sholat isya’. Malam itu nasihat para syaikh menjadi mententram hati dan penambah semangat. Naum di alas koran, bangun dan tahajud berjamaah, sholat shubuh, gosok gigi, rapiin baju, sip. Beburu lagi.

Pagi itu landscape kota pagi menjadi sasaran, foto keluarga digelar berdua di tepi jalan sudirman, cuek bebek meski banyak yg lihat. Berbagai mode dan pose dengan background awan semarak cahaya mentari pagi. Cuantiiiik. Foto aksi duduk lelah di depan stand DPP juga akan menjadi kenangan.

Akhirnya obyek terakhir digelar, jalan sehat. Kemana-mana nyari akh Iman dan akh Fery ndak ada. Kayaknya hunting bareng GK-ers lainnya ndak jadi. Ternyata ditelp akh Fery bilang kalau dia dan akh Iman lagi moto-moto SBY. Siplah. Saat jalan sehat itu kita harus memakai FZ20 bergantian, karena baterai milik akh Heri habis bis. Foto bang Igo yang lucu dengan gaya berapi-api kita dapat, background gedung dan ranting bekas kemarau, DOF lagi. Saat jalan sehat sudah dimulai, kita mulai berlari-lari kecil didepan barisan. Hehe, fotografer amatiran. Dan akhirnya benar benar harus berlari …

===

Sekarang sudah habis tenaga setelah motret di jembatan busway, tapi masih harus berlari karena akh heri sudah berlari di depan membawa kamera. Ayooo kejar terus. Sampai akhirnya ada jembatan terakhir, akh Heri sudah tidak kuat, estafet, kamera dikasihkan ke ane, lariii … hhh hhh … kulihat kameraku, eh … baterei habis. Gdubraaak. Udah deh. Akhirnya bisa juga ikut jalan sehat, jalan aja santai.

Menjelang finish ujian itu bermula, SD Card ane hilang karena sejak kamera di pakai akh Heri, SD Card tersebut ane taruh di kantong celana – bodoh ya ?, kami harus kembali melawan arus jalan sehat mencari kotak biru mungil itu, meski kayaknya kok ndak mungkin. Alhamdulillah ketemu, tapi ketemu akh Fery yang dari tadi moto dari tengah jalan hehehe. Setelah itu kita lanjutkan mencari, sampai di posko lost and found pun tidak ada.

Pulang deh dengan lemes, istri telepon, curhat pingin nangis sih :D, seratusan mungkin foto yang sudah siap kupajang di GK hilang dalam sekejap. Sudahlah, semoga SD Card yang di akh Heri cukup banyak dan menghibur kenanganku.

Ini hunting yang takkan pernah kulupa, sehari semalam bersama akh sahabat, foto-foto yang kuambil, akan lebih lama di memory kepalaku. Untuk sementara, kubungkus dulu FZ20 di kotak pabrikannya. Biar kangen.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *