Setapak Hati
Setapak hati ane yang dulu, ketika pertama jatuh cinta sama Islam. Sekarang lagi mencari setapak itu lagi. Entah dimana 🙁 …
Dalam setapak rumput yang terinjak, kurasakan kesegaran angin pagi. Kabut itu begitu akrab denganku, dinginnya kuselami. Desiran rumput kurasakan membelai hatiku, bahkan sahabatku yang belum pernah kujumpa -sang musim gugur- terasa datang menjengukku di negeri 2 musim ini. Nafas daun-daunnya menghembus disekelilingku, ranting gugurnya sebagai permadani perjalananku. Lama kubercanda dengan mereka. Kukatakan pada mereka semua “terima kasih telah datang sebagai tamu khayalanku, kau sebagai alam, menjaga cintaku pada-Nya. Kesederhanaanmu menjadi candu rinduku”. Mereka menjawab dengan senyum yang khas, indah sekali.
Hari tak selamanya berkelana bersama alam, aku pun punya teman seperjalanan manusia. Mereka tidak seramah temanku angin malam, mereka juga tidak sesedekat temanku bintang, mereka tidak juga lebih sejuk dari pohon rindang. Senyum mereka terkadang tidak setulus ikhlasnya fajar. Tetapi diantara mereka terdapat juga bunga, yang dapat menghibur dengan memandang perjuangan mereka. Diantara mereka ada juga embun, yang menyejukkan hati dengan mendengar suara tetesan ikhlas dzikir mereka. Mereka kukagumi sebagai ahli surga, mereka kurindukan sebagai teman dalam perjalanan surga.
Ya Ilahi, ya Robbul Izzati. Kurasakan tuntunan tangan-Mu menggandengku. Kurasakan suara-Mu menunjukkan jalan untukku. Meski cinta ini tidak bisa membalas segala karunia rizki dan hidayah-Mu, hari dan saat ini ingin sekali kuberhentikan perjalanan hati ini, dan menetap dalam cinta kepada-Mu. Tetapi kerinduan itu masih menarikku, masih mengajakku untuk meneruskan perjalanan. Perjalanan yang semoga menjadi pemantapan dan peneguhan cinta itu dalam perjuangan suci bertemankan kerinduan.